BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Puluhan Tanaman Endemis Sulsel Terancam Punah

Alih Fungsi Lahan
Puluhan Tanaman Endemis Sulsel Terancam Punah

GOWA, KOMPAS — Puluhan tanaman endemis Sulawesi Selatan terancam punah akibat alih fungsi lahan dan konsumsi yang tak diiringi penanaman kembali. Selain berfungsi ekonomis dan ekologis, sebagian besar tanaman itu juga mengandung nilai sosiologis dan kultural bagi masyarakat Sulsel.

Penggiat lingkungan hidup sekaligus pendiri Rumah Hijau Denassa, Darmawan Denassa, di Kabupaten Gowa, Sulsel, Selasa (30/9), mengatakan, tanaman yang makin langka itu terdiri dari berbagai spesies tanaman bunga, kayu, buah, hingga tanaman merambat. Rumah Hijau Denassa sejak 2007 aktif melakukan konservasi dan pembibitan tanaman-tanaman endemis langka itu.

Darmawan mengatakan, tanaman-tanaman itu secara turun temurun digunakan oleh masyarakat Sulsel, khususnya Makassar, untuk berbagai macam fungsi, terutama sebagai bahan pangan, seperti rao/dao, annong, battang-battang, dan markisa besar. Ada pula yang dipakai untuk bahan konstruksi rumah, perahu, kapal, bahan bakar penerangan, hingga obat-obatan.

Salah satu tanaman kayu yang kini sangat sulit dijumpai adalah katangka. Darmawan mengatakan, dari penelusurannya, ia hanya bisa menemukan 10 batang pohon katangka yang tersisa di wilayah selatan Sulsel. ”Padahal, kayu pohon katangka dipercayai masyarakat Makassar sebagai kayu kehormatan,” katanya.

Katangka juga berperan dalam sejarah Sulsel karena menjadi bahan baku masjid pertama yang dibangun saat masuknya Islam ke daerah itu pada awal abad ke-17. Masjid bernama Al-Hilal yang hingga kini masih berdiri di Kabupaten Gowa itu oleh masyarakat kemudian lebih dikenal dengan nama Masjid Katangka.

Darmawan mengatakan, penyebab makin langkanya berbagai tanaman endemis di Sulsel itu akibat alih fungsi hutan menjadi kebun, sawah, dan permukiman. ”Ada pula faktor maraknya eksploitasi lahan untuk bahan galian pasir dan tanah yang terjadi di Gowa,” ujarnya.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel Asmar Exwar mengatakan, maraknya ahli fungsi lahan hutan di Sulsel telah terjadi selama paling tidak dua dekade terakhir. ”Ini sangat berbahaya, termasuk untuk kelestarian tanaman-tanaman endemis Sulsel,” katanya.

Menurut Asmar, pemerintah harus melakukan moratorium alih fungsi hutan demi melindungi keanekaragaman hayati yang tersisa sambil melakukan penanaman kembali. (ENG)



Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009207402

Related-Area: