Warga di NTT Diminta Tidak Jual Stok Pangan
Ikon konten premium Cetak | 18 Januari 2016 Ikon jumlah hit 110 dibaca Ikon komentar 0 komentar
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Rote Ndao dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara di Nusa Tenggara Timur meminta warganya tidak menjual stok pangan lokal yang tersisa untuk mengantisipasi dampak kekeringan. Sebagian besar petani belum menanam karena hujan belum kunjung turun. Sementara itu, harga beras di pasar-pasar tradisional terus melonjak dengan alasan kekeringan yang berdampak pada gagal panen.
Pangan lokal yang dimaksud adalah beras, jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Pangan lokal ini cukup tersedia di kalangan petani, tetapi jika musim tanam tahun ini gagal, berarti persediaan pangan lokal 2016 tidak ada, dan memasuki puncak kemarau tahun ini, September-November, warga sangat kesulitan pangan.
Bupati Rote Ndao Leonardus Haning di Ba'a, ibu kota Kabupaten Rote Ndao, Minggu (17/1), mengatakan, pada musim panen 2014/2015, Rote Ndao surplus. Dari target beras hasil panen petani setempat 150 ton, tercapai 250 ton. Demikian pula pangan lokal lain, seperti jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Ini belum termasuk gula air (merah) yang selama ini juga menjadi salah satu minuman sekaligus makanan lokal warga.
Namun, kondisi pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hingga kini, hujan belum turun. Sebagian besar petani belum menanam padi gogo, jagung, ataupun umbi-umbian. Hujan terjadi di beberapa titik, tetapi sangat terbatas. Sejumlah petani mencoba menanam padi gogo dan jagung, tetapi tanaman itu kemudian kering.
"Kekeringan saat ini diprediksi masih berlanjut sampai Februari, dan sesuai pengalaman musim hujan di NTT, sampai Maret daerah ini sudah masuk musim kemarau. Jika pada bulan Maret benar-benar kering, berarti tidak hanya stok pangan yang kurang, tetapi juga air bersih, dan semua kehidupan sangat terancam," kata Haning.
Haning telah memerintahkan staf khusus untuk memantau pengiriman pangan lokal di Pelabuhan Ba'a dan Pelabuhan Pantai Baru keluar Rote Ndao. Stok pangan lokal beberapa bulan ke depan riskan bagi masyarakat, sementara harga bahan pokok di pasar tradisional terus naik.
Penjabat Bupati Belu Wilem Foni mengatakan, stok beras di kalangan petani di Belu sangat terbatas. Namun, untuk pangan lokal lain, seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan, tersedia, tetapi terbatas. Selasa (19/1), katanya, pemkab akan menggelar pertemuan lintas sektoral bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika untuk mengetahui keadaan iklim. Jika kekeringan berlangsung hingga Februari, pemkab segera melarang warga menjual stok pangan yang ada. "Penjualan diizinkan, tetapi terbatas di kalangan masyarakat Belu, tidak boleh dijual kepada warga di luar Belu. Penjualan itu pun tetap dipantau pemerintah," kata Foni.
Direktur Yayasan Mitra Tani Mandiri Timor Vinsen Nurak mengatakan, "Harga beras dipastikan terus bergerak naik. Pangan lokal, seperti putak, atau sari batang gewang yang selama ini dinilai tidak layak dikonsumsi, harus disiapkan," ujarnya. (KOR)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/18/Warga-di-NTT-Diminta-Tidak-Jual-Stok-Pangan
-
- Log in to post comments
- 54 reads