SD Negeri Lima Darurat
Tempat Belajar Anak-anak Sudah Tidak Layak Digunakan
AMBON, KOMPAS — Kegiatan belajar mengajar anak-anak korban bencana banjir akibat meluapnya Sungai Wae Ela di Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Maluku, masih berlangsung di tenda darurat. Gedung sekolah yang dijanjikan pemerintah setelah air bah menyapu daerah itu, 25 Juli 2013, hingga kini belum juga direalisasikan.
Siti Sarah Suneth, guru kelas I SDN 1 Negeri Lima saat dihubungi Kompas dari Ambon, Selasa (1/4), mengatakan, tempat belajar anak-anak tidak layak lagi digunakan. Hampir semua tenda darurat yang dibangun Badan Penanggulangan Bencana Nasional awal Agustus 2013 itu sudah mulai bocor. Jika hujan, kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan.
Kondisi tersebut membuat Siti semakin khawatir sebab, dalam beberapa bulan mendatang, daerah itu akan memasuki musim hujan yang bertepatan dengan pelaksanaan ujian sekolah. Tenda-tenda itu digunakan empat sekolah, yakni SDN 1 Negeri Lima, SDN 2 Negeri Lima, SD I Negeri Lima, TK Satu Atap SD II Negeri Lima.
Siti berharap janji pemerintah membangun gedung sekolah baru di daerah itu segera direalisasikan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif. ”Secepatnya harus ada gedung sekolah baru karena pendidikan untuk anak-anak jauh lebih penting. Bencana ini sudah tahun lalu, tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda pembangunan,” ungkap Siti. Selain gedung sekolah, tempat pertemuan guru, yakni tenda darurat yang beratap terpal tanpa dinding, telah rusak.
Luthfi Mual, Ketua Himpunan Keluarga Besar Hena Lima, mendesak pemerintah menuntaskan pembangunan. Adapun persoalan pembebasan lahan yang menjadi hambatan pembangunan gedung sekolah kini sudah menunjukkan titik terang.
”Pemilik lahan sudah bersedia dibebaskan, tetapi dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah tak menanggapi dengan serius. Maksudnya, harus ada pembicaraan terkait uang ganti rugi kendati itu dalam jumlah yang kecil,” papar Luthfi.
Perhatian rendah
Menurut Luthfi, tidak adanya progres yang signifikan dalam penanganan pasca bencana di daerah itu, khususnya pembangunan gedung sekolah, menunjukkan rendahnya perhatian pemerintah terhadap sektor pendidikan. ”Kami minta pemerintah tidak boleh membiarkan atau lepas tangan dengan kondisi ini. Pemerintah masih mempunyai tanggung jawab,” tutur Luthfi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maluku Tengah Bob Rahmat mengatakan, pemerintah siap membangun gedung sekolah di Negeri Lima. Namun, tak ada dana untuk pembebasan lahan. ”Saat ini, pemerintah sedang berupaya membangun komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat,” ujar Bob.
Menurut Bob, pemerintah telah berupaya mendukung rekonstruksi Negeri Lima pasca bencana dengan memberikan bantuan kepada 422 kepala keluarga. Setiap kepala keluarga mendapat Rp 25 juta. Pembangunan jembatan Wae Ela juga selesai dan sudah dioperasikan sejak bulan lalu.
Warga Negeri Lima, Rahmat Tunny, mengungkapkan, bantuan yang berikan itu belum tuntas. Pasalnya, 20 warga yang juga mengalami kerusakan rumah hingga saat ini diabaikan pemerintah. Selain itu, pembangunan jembatan Wae Ela dianggap asal- asalan. Jembatan itu dinilai tidak berkualitas sehingga tidak mampu menahan derasnya aliran sungai saat terjadi hujan. (FRN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005810017
-
- Log in to post comments
- 427 reads