Infrastruktur
Swasta Diundang Kelola Air Minum
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pekerjaan Umum mengundang investor untuk mengelola sektor air bersih dengan skema kemitraan pemerintah dan swasta dan business to business. Lokasi pengelolaan tersebar di beberapa tempat, seperti di Lampung, Semarang Barat, Pondok Gede, dan Lamongan.
Menurut Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum Tamin Zakaria, bisnis air bersih siap minum sangat prospektif. Saat ini BPPSPAM tengah melakukan proses lelang sejumlah program KPS air bersih. Hal itu di antaranya: Lampung dan Semarang Barat sebesar 1.000 liter per detik, Pondok Gede 300 liter per detik, Bali Selatan 1.000 liter per detik, dan Lamongan 200 liter per detik. Adapun yang dalam persiapan SPAM adalah Jati Gede 3.500 liter per detik dan SPAM Karyan 1.000 liter per detik.
Ada pengelolaan air bersih berskema business to business di beberapa daerah. ”Dari kedua program itu, memang yang paling banyak adalah skema business to business, tetapi nilainya kecil tidak sebesar KPS,” ujar Tamin di Jakarta, Sabtu (26/4).
Direktur Pengembangan Air Minum Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dani Suciono mengatakan, peluang bisnis air bersih di Indonesia sangat bagus. Namun, hal itu bergantung pada PDAM, apakah bersedia atau siap bermitra dengan swasta. ”Peluang bisnis besar, hanya swasta perlu dijamin dengan pemberlakuan tarif yang sesuai dengan biaya produksi,” ujar dia.
Dani mengimbau agar investor yang ingin melakukan KPS bisa menggunakan teknologi yang bagus dan baru untuk menekan kebocoran. Ia mencontohkan, keberhasilan program KPS pengelolaan air bersih yang dilaksanakan PT Aetra Air Tangerang (Aetra Tangerang) di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten. Kinerja Aetra Tangerang dapat menekan tingkat kebocoran menjadi hanya 4 persen.
”Kinerja Aetra Tangerang sangat bagus. Ini juga karena mereka memiliki sistem baru sehingga kebocorannya sangat kecil,” kata Dani.
Selain itu, PDAM Surabaya juga berhasil menurunkan tingkat kebocoran dengan secara reguler mengganti semua meteran air. Akibatnya, semua air yang dipakai konsumen bisa diukur dengan pas. Pendapatan PDAM Surabaya bahkan meningkat lebih dari 200 persen tanpa menaikkan tarif, hanya dengan mengganti meteran air.
Menurut Dani, keberhasilan Aetra Tangerang karena dikelola secara profesional. Berbeda dengan PDAM yang dikelola dengan manajemen yang kurang profesional. ”Banyak PDAM di daerah tarifnya sangat rendah, 70 persen tarif lebih rendah daripada biaya operasi. Jadi, bagaimana bisa bertahan. Untuk itu diperlukan peran pemda agar tarif dapat disesuaikan setiap dua tahun sekali,” kata dia.
Presiden Direktur PT Aetra Air Tangerang Abdulbar M Mansoer mengatakan, selain menggunakan teknologi terkini, pihaknya juga menggunakan jenis pipa ductile cast iron pipe (DCIP) pada pipa utama dan pipa high-density polyethylene (HDPE) yang berstandar food grade, membuat air yang disalurkan aman dikonsumsi sebagai air minum. Pipa DCIP dan HDPE dirancang mampu bertahan sekitar 30 tahun dan 40 tahun. Ia optimistis pihaknya dapat melayani 52.000 pelanggan pada akhir tahun 2014. (ARN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006320314
-
- Log in to post comments
- 283 reads