SEBA, KOMPAS — Persediaan bahan bakar minyak di Kabupaten Sabu Raijua dan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, terancam habis. Harga eceran pun Rp 15.000-Rp 30.000 per liter. Bahkan, stok solar untuk kebutuhan listrik di Rote Ndao kini hanya tersisa untuk pemakaian selama tiga hari.
Cuaca buruk selama hampir tiga pekan terakhir menyebabkan kapal yang mengangkut bahan bakar minyak (BBM) ke dua wilayah itu berhenti total. Kapal Motor Bukit Siam yang nekat membawa 75 drum (15.000 liter) bensin dan solar ke Sabu Raijua dan Rote Ndao, Minggu (26/1), nyaris tenggelam di Selat Pukuafu, antara Kupang dan Rote Ndao. Kapal pun ditarik kembali ke Kupang oleh tim penyelamat.
Ketua DPRD Sabu Raijua Ruben Kalidipa, dihubungi di Seba, ibu kota Kabupaten Sabu Raijua, Rabu (29/1), mengatakan, stok BBM di APMS dan koperasi pemda sudah kosong. Masyarakat tak bergerak ke mana-mana, kecuali berjalan kaki.
”Sudah hampir satu pekan terakhir ini BBM kosong di Seba. Kami di sini seperti kota mati. Tidak ada aktivitas berarti terkait bahan bakar minyak. Semua kendaraan diparkir begitu saja. Hanya PLN masih beroperasi, tetapi sampai kapan bertahan, kami pun tidak tahu,” kata Kalidipa.
Andri Dima, pengusaha di Seba, mengaku, semakin sulit mendapatkan BBM. Harga eceran bensin Rp 30.000 per liter, solar Rp 25.000 per liter, dan minyak tanah Rp 20.000 per liter.
Palus Bolla dari Humas PLN Wilayah NTT menyebutkan, stok bahan bakar solar untuk Kabupaten Rote Ndao bertahan tiga hari lagi, terhitung Selasa. Kepala PLN Wilayah NTT Richard Safkaur telah menyurati Bupati Rote Ndao Lens Haning untuk mencari jalan keluar membantu PLN memasok solar ke Rote Ndao.
”PLN Kupang yang membawahi Rote Ndao dan Sabu Raijua telah menghubungi Adpel Kupang agar memberi izin kapal pengangkut solar dari PLN ke Rote Ndao, tetapi ditolak. Gelombang laut di perairan selatan masih tinggi,” kata Bolla.
Sementara itu PT ASDP Kupang mengalami kerugian Rp 3 miliar selama 17 hari tidak beroperasi. Setiap bulan, perusahaan ini mendapat keuntungan Rp 5 miliar dari delapan Feri yang beroperasi di NTT.
Sementara pemda Kepulauan Riau akan meminta bantuan TNI untuk menyalurkan logistik pemilu dan bahan kebutuhan pokok ke pulau-pulau terpencil, antara lain Natuna dan Anambas. Permintaan itu menyusul cuaca buruk di perairan Kepri. ”Dinas perhubungan sudah saya minta berkoordinasi dengan TNI untuk pengangkutan logistik,” ujar Gubernur Kepri Muhammad Sani.
Cuaca buruk juga membuat kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Jayapura melarang kapal berlayar. Saat ini, gelombang di Papua bagian utara dan selatan mencapai 5-6 meter. ”Kapal-kapal perintis dilarang berlayar karena rawan tenggelam jika menghadapi tinggi gelombang seperti itu,” kata Kasie Status Hukum dan Sertifikasi Kapal Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Jayapura Imran.
Di Pelabuhan Jangkar, Kabupaten Situbondo, KMP Dharma Kartika terpaksa diberangkatkan lebih pagi menuju Pulau Sapudi dan Raas. Dari biasanya berlayar pukul 08.00 menjadi pukul 06.00. Juni Anggoro, Kepala Pelabuhan Jangkar, mengatakan, itu untuk menghindari cuaca buruk. ”Gelombang tinggi sering muncul siang hingga sore hari. Karena itu, kami memanfaatkan cuaca cerah di pagi hari untuk menyeberang,” kata Juni. (KOR/RAZ/FLO/NIT)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004465286
-
- Log in to post comments
- 446 reads