BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Perkebunan Berpotensi Serap 300.000 Orang

agrobisnis
Perkebunan Berpotensi Serap 300.000 Orang

JAKARTA, KOMPAS — Sektor perkebunan masih sangat potensial untuk menjadi penggerak utama penciptaan lapangan kerja. Dukungan infrastruktur terutama jaringan jalan dan pelabuhan dapat memacu ekspansi 1 juta hektar perkebunan yang mampu menyerap 300.000 tenaga kerja langsung.

Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Didiek Hadjar Goenadi mengatakan hal ini kepada wartawan di Jakarta, Selasa (25/3). RPN menyelenggarakan seminar nasional bertajuk ”Upaya Peningkatan Produktivitas Perkebunan dengan Teknologi Pemupukan dan Antisipasi Anomali Iklim” sejak Selasa hingga Rabu (26/3).

”Potensi sektor perkebunan untuk menciptakan lapangan kerja masih sangat besar dan bisa menjadi pemain utama. Realitasnya sudah lama dibahas rencana pembangunan kebun di sepanjang perbatasan dan Papua, tetapi terkendala infrastruktur,” kata Didiek.

RPN memayungi, antara lain, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Karet, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, serta Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Didiek mengatakan, seminar yang diikuti para pemangku kepentingan sektor perkebunan ini bertujuan meningkatkan pemahaman tentang pemupukan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas.

Indonesia memproduksi 26 juta ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) dari lahan seluas 9,2 juta hektar tahun 2013. Harga yang rendah tahun 2013 membuat nilai ekspor turun tajam dari 21,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 254,4 triliun) tahun 2012 menjadi 19,1 miliar dollar AS (Rp 229,2 triliun) tahun 2013.

Perkebunan karet juga diandalkan karena dari 3,2 juta hektar, hampir 90 persen merupakan milik rakyat. Demikian pula perkebunan kakao dan tebu.

Kementerian Pertanian kini fokus meningkatkan intensifikasi lahan, terutama perkebunan rakyat. Kepala Subdirektorat Budidaya Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Tuti Mardiastuti mengatakan, integrasi kelapa sawit dan sapi terus digalakkan untuk swasembada daging sekaligus memproduksi kompos.

”Ini salah satu strategi memproduksi pupuk murah sehingga petani bisa merawat kebun mereka secara intensif. Dengan demikian, produktivitas kebun rakyat bisa naik dan kesejahteraan meningkat,” kata Tuti. (ham)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005673238