Pertumbuhan
Pelambatan Ekonomi Jadi Peluang
JAKARTA, KOMPAS — Dalam tiga tahun ke depan, perekonomian diprediksi hanya akan tumbuh perlahan, tak secepat tahun-tahun sebelumnya. Bagi pengusaha, kondisi itu harus dijadikan peluang.
Demikian diungkapkan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menjadi pembicara kunci dalam Economic Outlook 2014 yang diselenggarakan ANZ dan Kantor Berita Antara di Jakarta, Rabu (26/2) malam.
Hadir dalam acara itu antara lain Menteri Keuangan Chatib Basri, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani, dan Director Institutional Banking Bank ANZ Indonesia Sity Leo Samudera.
”Siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih dalam Pemilu 2014 harus mengatasi beberapa persoalan sekaligus. Pemerintah tidak bisa fokus pada satu persoalan saja. Perbaikan akan memberikan dampak setelah dua atau tiga tahun ke depan,” ujar Jusuf Kalla.
Ada tiga persoalan yang dilihat Jusuf Kalla, yakni infrastruktur, industri, dan pertanian, yang perlu dibenahi oleh pemerintahan yang baru.
Kondisi itu akan mendorong pelambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tiga tahun ke depan. Kendati demikian, menurut Kalla, pengusaha bisa memanfaatkan peluang dari perbaikan di tiga sektor itu.
”Pengusaha bisa berinvestasi di sektor infrastruktur karena sangat dibutuhkan untuk kelancaran industri. Demikian juga dengan sektor energi. Pengusaha bisa berinvestasi dalam penyediaan energi listrik yang belakangan kembali menjadi persoalan,” ujar Kalla.
Mengatasi defisit
Chatib menjelaskan, persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia tahun 2013 antara lain dipengaruhi oleh kondisi global. Namun, setelah dicermati, ternyata juga terjadi persoalan dalam transaksi neraca berjalan. Untuk itu, kebijakan diarahkan guna mengatasi tekanan pada defisit neraca berjalan.
”Pada tahun 2014, masih ada pekerjaan rumah untuk menekan defisit neraca berjalan. Walaupun beberapa hari terakhir nilai tukar rupiah menunjukkan tren menguat, kita masih tetap harus hati-hati,” ujar Chatib.
Agus menjelaskan, kinerja sektor keuangan Indonesia pada Januari 2014 relatif bagus. ”Pada Januari 2014, dana asing keluar dalam jumlah besar di sejumlah negara sehingga menekan perekonomian. Namun, itu tidak terjadi di Indonesia. Saya melihat, tingkat kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia terus meningkat,” kata Agus.
Aviliani berpendapat, fluktuasi masih mungkin terjadi di pasar keuangan Indonesia tahun 2014 kendati nilai rupiah sudah menguat. Secara fundamental, rupiah belum kuat karena masih ada defisit transaksi berjalan.
”Namun, Indonesia tetap menarik bagi investasi. Untuk kluster-kluster Rencana Induk Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia saja, butuh investasi Rp 5.000 triliun. Jadi, sebanyak apa pun investasi yang akan masuk ke Indonesia dalam tahun ini, masih akan bisa tertampung,” kata Aviliani. (AHA)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005129775
-
- Log in to post comments
- 44 reads