Hilirisasi Mineral
Pabrik Pengolahan Bijih Nikel Segera Dibangun
BANTAENG, KOMPAS — Rencana pembangunan smelter atau pabrik pengolahan bijih nikel di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, akan segera direalisasikan. Saat ini sebagian peralatan yang diperlukan untuk pabrik sudah tiba di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Selambatnya Juni pembangunan akan dimulai. Diharapkan awal tahun 2015 satu unit sudah mulai beroperasi.
Hal ini mengemuka dalam Smelter Summit di Bantaeng, sekitar 120 kilometer selatan Kota Makassar, Kamis (27/3). Sejumlah pengusaha dan perwakilan perusahaan yang akan berinvestasi hadir, berikut Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A Iskandar. Mereka diterima Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah.
”Peralatan untuk pabrik sudah ada, tinggal dipasang. Yang kami minta, bagaimana peralatan ini bisa dibongkar di Pelabuhan Bantaeng dan sudah disanggupi pihak Bea dan Cukai Pelabuhan Makassar. Juni sudah akan dimulai pemasangan. Jika sesuai rencana, awal tahun 2015 setidaknya satu unit sudah bisa beroperasi,” kata Nurdin.
Sejauh ini, lanjut Nurdin, ada delapan investor yang menyatakan siap membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Bantaeng. Investor itu antara lain PT Titan Mineral Utama dengan investasi Rp 6 triliun, PT Bumi Bhakti (Rp 1,5 triliun), dan Macrolink Internasional Mineral (Rp 6 triliun).
Selain itu, juga ada perusahaan Tiongkok, PT Ning Xia Hengsun, yang akan berinvestasi sebesar Rp 2 triliun. Akhir tahun lalu, Presiden Direktur PT Ning Xia, Yang Jiang, bertemu langsung dengan Bupati Bantaeng serta menyatakan keseriusannya dan meninjau lokasi pembangunan pabrik.
”Total delapan perusahaan ini akan berinvestasi Rp 35 triliun. Ini belum termasuk investasi lain yang terkait, seperti investor listrik, pelabuhan, dan lainnya. Kami juga mendapat dukungan dari pusat, termasuk dari BPPT,” kata Nurdin.
Marzan A Iskandar mengatakan, BPPT mendukung rencana pembangunan ini. ”Kami akan support dari sisi teknologi, masalah pengelolaan dampak lingkungan, masalah transportasi, serta segala hal yang mendukung dan menjadi satu kesatuan dengan kawasan ini nantinya. Untuk itulah kami ada di sini,” kata Marzan.
Menurut Marzan, upaya ini harus didukung semua pihak, termasuk pusat, karena industri merupakan salah satu yang akan turut mendorong pembangunan daerah. Pembangunan di daerah, terutama luar Pulau Jawa, juga menjadi faktor pemerataan pembangunan. ”Ini adalah terobosan dan harus didukung sepenuhnya. Pembangunan harus didorong ke wilayah timur, jangan lagi menumpuk di Jawa,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Bantaeng menyediakan lahan 3.000 hektar sebagai kawasan industri di Kecamatan Pajjukukang. Sebagian dari lokasi ini nantinya akan menjadi lokasi smelter. Adapun bahan baku akan didatangkan dari wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah yang kaya nikel. Jika terealisasi, dampak ekonomi diharapkan akan dirasakan masyarakat. Saat ini saja, satu perusahaan, yakni PT Titan, membutuhkan 3.400 pekerja. Di Bantaeng, saat ini ada 3.500 penganggur terbuka.
Secara ekonomi, lokasi smelter di Bantaeng bisa menekan biaya tinggi, terutama terkait transportasi. Hanya butuh 12 jam perjalanan laut dari sumber bahan baku di Kolaka, Sulawesi Tenggara, ke Bantaeng. (ren)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005740089
-
- Log in to post comments
- 622 reads