Forum Ekonomi Dunia
KOTA Davos, Swiss, hanya berpenduduk 11.156 jiwa (Desember 2012). Kota itu kecil. Davos adalah kota turis musim dingin karena berada di ketinggian 1.560 meter dari permukaan laut. Kota itu tertinggi di Benua Eropa. Namun, setiap awal tahun, Davos mendapat perhatian lebih.
Mulai Rabu (22/1) sampai Jumat (24/1) Davos menjadi lokasi pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF). Di pertemuan itu berkumpul para ahli dan pengamat, pejabat pembuat keputusan dalam pemerintah dari sejumlah negara, investor, serta chief executive officer dari beberapa perusahaan multinasional.
Dari posisi ini, pantas Indonesia perlu mengoptimalkan ajang WEF di Davos ini. Tak heran, Indonesia mengirim sejumlah menteri pejabat tinggi, seperti Menteri Keuangan M Chatib Basri, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar.
Indonesia memang lagi membutuhkan banyak modal, terutama infrastruktur dasar, seperti kelistrikan, pembukaan areal pertanian baru, jalan raya, dan pelabuhan. Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) membutuhkan modal Rp 4.000 triliun hingga tahun 2025. Pemerintah hanya sanggup sebagian, dan mengharapkan peran swasta yang lainnya. Dari kebutuhan modal yang besar ini, maka rencana hebat Indonesia ini perlu diungkapkan di fora dunia. WEF jelas sebuah ajang yang efektif untuk hal itu. Mahendra Siregar, misalnya, berbicara soal peluang investasi di sektor pertanian Indonesia. Dia juga akan berbicara soal investasi infrastruktur dan pembiayaan.
Hal yang sama juga diungkapkan Menkeu, Mendag, Menpar dan EK, Menlu, serta Gubernur BI. Mereka menyampaikan peluang dan kemampuan ekonomi Indonesia, yang bisa ditangkap para CEO dan investor dunia. Menkeu bahkan juga menyinggung soal Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Sejumlah CEO dari Indonesia, seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Garuda Indonesia, Lippo Grup, dan PT Astra International Tbk juga ikut meyakinkan posisi perekonomian Indonesia di ajang Davos ini. Maklum, tahun 2014 juga menjadi tahun politik pergantian parlemen dan presiden di Indonesia.
Bagi Indonesia dengan angka kemiskinan yang masih relatif tinggi, tingkat pengangguran yang juga besar, maka menjaga pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi menjadi keharusan. Mendatang, investasi langsung merupakan jalan yang efektif untuk menjaga pertumbuhan ekonomi itu. Ajang WEF di Davos jelas tepat dan efektif. (Pieter P Gero, dari Davos)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004340562
-
- Log in to post comments
- 126 reads