Penerbangan
NTT Berencana Bangun Bandara Baru
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur berencana membangun bandar udara baru menggantikan Bandara El Tari yang sudah lama beroperasi. Di bandara ini terdapat ruang hampa udara dan tanahnya masih milik TNI AU.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya seusai peresmian kapal feri cepat Ekspress Cantika rute Kupang-Sabu Raijua di Pelabuhan Tenau, Kupang, Jumat (11/4), mengatakan telah membentuk tim teknis guna mencari lokasi yang layak untuk pembangunan bandara tersebut. Tim itu terdiri dari Kepala Dinas Perhubungan NTT Stef Ratoe Oedjoe dan anggota staf PT Angkasa Pura II.
”Tim ini sedang mencari lokasi yang cocok untuk membangun bandara berstandar internasional. Dalam waktu dekat, penerbangan Kupang, Dili, dan Darwin akan beroperasi sehingga kebutuhan akan bandara internasional cukup mendesak. Tetapi, sebelum bandara yang dimaksud beroperasi, kerja sama itu segera direalisasikan dengan memanfaatkan Bandara El Tari. Bandara yang ada pun sudah didesain bertaraf internasional,” jelas Lebu Raya.
Tim menentukan beberapa calon lokasi, kemudian mengevaluasi dan membahas bersama guna memastikan lokasi yang tepat. Lokasi itu ditargetkan di pesisir pantai dengan kondisi geografis yang cocok untuk pesawat mendarat dan lepas landas.
Bandara El Tari saat ini dinilai memiliki beberapa kelemahan, yakni diduga ada ruang hampa udara pada beberapa titik. Kasus patahnya pesawat Merpati MA 60 pada 9 Juni 2013 di Bandara El Tari diduga akibat pesawat itu masuk ruang hampa udara beberapa detik sebelum ban pesawat menyentuh landasan.
Selain itu, Bandara El Tari juga berada di dalam kawasan (tanah) milik TNI AU. Lagi pula, lokasi itu sering diklaim masyarakat adat sebagai tanah milik mereka, dilanjutkan dengan pemblokiran jalan masuk bandara.
Feri cepat diluncurkan
Kemarin, kapal feri cepat Ekspress Cantika 77 rute Kupang-Sabu resmi diluncurkan. Kehadiran kapal milik PT Dharma Indah ini merupakan upaya membuka keterisolasian Kabupaten Sabu Raijua yang selama ini sangat sulit dijangkau, terutama pada musim hujan.
Kapal cepat ini berkapasitas 410 penumpang. Harga tiket kelas ekonomi Rp 225.000 per orang dengan waktu tempuh empat jam. Sementara kapal feri butuh waktu 12 jam perjalanan.
Stef Ratoe Odjoe mengatakan, selama ini rute Kupang-Sabu Raijua hanya dilayani kapal feri milik PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry dan pesawat Susi Air dengan kapasitas 12 penumpang. ”Kapal feri cepat ini bisa membuat rute jadi lebih dinamis,” ujarnya. (KOR)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006019102
-
- Log in to post comments
- 433 reads