BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Lima Sungai Besar di Ambon Kritis

Ancaman bencana
Lima Sungai Besar di Ambon Kritis

AMBON, KOMPAS — Kendati musim hujan di Ambon diprakirakan terjadi dua bulan mendatang, kondisi lima sungai besar di daerah itu masih kritis karena belum dinormalisasi. Karena itu, banjir yang terjadi selama dua tahun terakhir yang menelan belasan hingga puluhan korban jiwa tetap mengancam.

Kelima sungai itu adalah Sungai Wai Ruhu, Batu Merah, Wai Tomu, Batu Gantung, dan Batu Gajah. Dari pantauan Kompas, Kamis (3/4), di Sungai Batu Merah, misalnya, tumpukan sampah masih mengisi dasar sungai. Kedalaman sungai itu tidak lebih dari 3 meter. Kondisi yang sama juga terlihat di Wai Tomu. Kedua sungai itu berada di jantung Kota Ambon.

Warga Mardika, John Tulalessy (47), mengatakan, penduduk di bantaran Sungai Wai Tomu tetap waspada akan bahaya banjir. ”Kalau hujan terjadi dua hari berturut-turut, warga mulai mengungsi. Hal itu untuk menghindari banjir yang pada tahun lalu menyebabkan banyak orang meninggal,” kata John.

Kondisi sungai yang mengkhawatirkan itu juga diakui Pelaksana Teknis Pejabat Pembuat Komitmen Sungai dan Pantai I Balai Wilayah Sungai Maluku Sutiono. Dia memperkirakan akan terjadi banjir besar jika intensitas hujan terjadi berturut-turut selama tiga hari.

Sutiono mengatakan, untuk meminimalkan dampak banjir di daerah itu, Balai Wilayah Sungai Maluku akan menormalisasi dan merestorasi lima sungai tersebut. Namun, upaya itu menurut rencana baru dimulai pada 2015. Normalisasi dengan cara pengerukan sedimentasi di dasar sungai, sementara restorasi dengan mengembalikan sungai seperti sedia kala.

Kendati demikian, upaya menjaga kelestarian sungai harus menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan.

Kepala Dinas Tata Kota Ambon Moch Novel Masuku membantah jika dinilai membiarkan, bahkan mengizinkan, berdirinya sejumlah bangunan di bantaran kali. ”Rumah-rumah itu tidak memiliki IMB (izin mendirikan bangunan). Kami sedang mendata, dan ke depan, pembangunan di kawasan itu akan dimonitor,” kata Novel.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Yogyakarta menyatakan, pada musim kemarau, curah hujan diprediksi akan berkurang 15 persen dari pola rata-rata curah hujan selama 30 tahun terakhir. (FRN/EGI)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005852580