BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

KINERJA PERDAGANGAN; Ekspor Ditargetkan Tumbuh 4,1 Persen

KINERJA PERDAGANGAN
Ekspor Ditargetkan Tumbuh 4,1 Persen
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor Indonesia ditargetkan tumbuh 4,1 persen dengan nilai mencapai 190 miliar dollar AS pada tahun 2014. Pertumbuhan ekspor didorong oleh sektor nonminyak dan gas yang ditargetkan meningkat hingga 6,5 persen dengan nilai 159 miliar dollar AS.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan, peningkatan pertumbuhan ekspor dikelompokkan berdasarkan pasar ekspor utama dan pasar ekspor prospektif. ”Pasar ekspor utama dipilih berdasarkan nilai dan pangsa pasar ekspor terbesar dibandingkan dengan ekspor Indonesia secara keseluruhan. Negara kelompok pasar prospektif dipilih berdasarkan nilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan peningkatan impor produk Indonesia yang signifikan, terutama dalam lima tahun terakhir,” kata Lutfi, Jumat (21/3).
Kelompok negara ekspor utama antara lain China, Jepang, India, Singapura, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Italia, dan Inggris. Adapun kelompok negara ekspor prospektif antara lain Rusia, Iran, Argentina, Turki, Myanmar, Kamboja, dan Afrika Selatan.
Target ekspor itu ditetapkan ketika Indonesia masih mencari komposisi yang pas dalam struktur ekspor. Apalagi, ekspor tahun 2013 turun dibandingkan ekspor 2012, demikian juga dengan ekspor nonminyak dan gas (migas). Ekspor tahun 2013 sebesar 182,6 miliar dollar AS, turun 3,9 persen dibandingkan tahun 2012. Ekspor nonmigas turun 2 persen dari tahun 2012 menjadi 149,9 miliar dollar AS pada tahun 2013.
Salah satu jenis produk ekspor yang diproyeksikan meningkat adalah furnitur. Namun, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto mengingatkan, ada sejumlah persoalan yang akan menghambat peningkatan ekspor mebel.
”Ekspor mebel dikenai aturan mengenai sistem verifikasi legalitas kayu, sementara biaya untuk mengurus sertifikasi itu mahal. Pemerintah harus memikirkan hal ini jika ingin mendorong peningkatan ekspor mebel,” ujar Soenoto.
Ada sekitar 5.000 eksportir produk kayu Indonesia pada akhir 2013. Namun, baru 600 eksportir yang memiliki sertifikat berbasis SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu).
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, Vincent Didiek Wiet Aryanto menjelaskan, pertumbuhan ekspor harus diikuti upaya menekan impor. Ini perlu dilakukan supaya defisit transaksi perdagangan bisa terus dikurangi.
”Ekspor Indonesia sesungguhnya juga bergantung pada bahan baku dari impor. Jika bahan baku impor itu bisa disubstitusi oleh bahan baku lokal, impor bisa ditekan,” kata Vincent.
Defisit transaksi perdagangan 2013 mencapai 4,06 miliar dollar AS. Pada Januari 2014, transaksi perdagangan Indonesia juga masih defisit 430,6 miliar dollar AS. (AHA)

JAKARTA, KOMPAS — Ekspor Indonesia ditargetkan tumbuh 4,1 persen dengan nilai mencapai 190 miliar dollar AS pada tahun 2014. Pertumbuhan ekspor didorong oleh sektor nonminyak dan gas yang ditargetkan meningkat hingga 6,5 persen dengan nilai 159 miliar dollar AS.Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan, peningkatan pertumbuhan ekspor dikelompokkan berdasarkan pasar ekspor utama dan pasar ekspor prospektif. ”Pasar ekspor utama dipilih berdasarkan nilai dan pangsa pasar ekspor terbesar dibandingkan dengan ekspor Indonesia secara keseluruhan. Negara kelompok pasar prospektif dipilih berdasarkan nilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan peningkatan impor produk Indonesia yang signifikan, terutama dalam lima tahun terakhir,” kata Lutfi, Jumat (21/3).

Kelompok negara ekspor utama antara lain China, Jepang, India, Singapura, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Italia, dan Inggris. Adapun kelompok negara ekspor prospektif antara lain Rusia, Iran, Argentina, Turki, Myanmar, Kamboja, dan Afrika Selatan.

Target ekspor itu ditetapkan ketika Indonesia masih mencari komposisi yang pas dalam struktur ekspor. Apalagi, ekspor tahun 2013 turun dibandingkan ekspor 2012, demikian juga dengan ekspor nonminyak dan gas (migas). Ekspor tahun 2013 sebesar 182,6 miliar dollar AS, turun 3,9 persen dibandingkan tahun 2012. Ekspor nonmigas turun 2 persen dari tahun 2012 menjadi 149,9 miliar dollar AS pada tahun 2013.

Salah satu jenis produk ekspor yang diproyeksikan meningkat adalah furnitur. Namun, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto mengingatkan, ada sejumlah persoalan yang akan menghambat peningkatan ekspor mebel.

”Ekspor mebel dikenai aturan mengenai sistem verifikasi legalitas kayu, sementara biaya untuk mengurus sertifikasi itu mahal. Pemerintah harus memikirkan hal ini jika ingin mendorong peningkatan ekspor mebel,” ujar Soenoto.

Ada sekitar 5.000 eksportir produk kayu Indonesia pada akhir 2013. Namun, baru 600 eksportir yang memiliki sertifikat berbasis SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu).

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, Vincent Didiek Wiet Aryanto menjelaskan, pertumbuhan ekspor harus diikuti upaya menekan impor. Ini perlu dilakukan supaya defisit transaksi perdagangan bisa terus dikurangi.

”Ekspor Indonesia sesungguhnya juga bergantung pada bahan baku dari impor. Jika bahan baku impor itu bisa disubstitusi oleh bahan baku lokal, impor bisa ditekan,” kata Vincent.

Defisit transaksi perdagangan 2013 mencapai 4,06 miliar dollar AS. Pada Januari 2014, transaksi perdagangan Indonesia juga masih defisit 430,6 miliar dollar AS. (AHA)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005595285