BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kendala Infrastruktur Pilar Utama Nasional

Sulawesi Selatan
Kendala Infrastruktur Pilar Utama Nasional

SULAWESI Selatan berdiri tepat di tengah-tengah Nusantara. Posisi strategis ini didukung berlimpahnya sumber daya alam dan keuletan manusianya. Segala modal untuk maju dimiliki provinsi ini.

Satu dekade terakhir, lokomotif penggerak ekonomi kawasan timur Indonesia itu pun makin dinamis dengan geliat industri, jasa, dan perdagangan yang berputar dari aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan. Andalannya antara lain padi, jagung, kakao, kelapa sawit, kopi, cengkeh, ikan, udang, sapi, hingga nikel.

Namun, kapasitas infrastruktur tak cukup lagi menampung volume ekonomi tersebut. Aturan yang ”membelenggu” laju daerah juga menambah pelik masalah. Presiden baru diharapkan bisa memecahkan persoalan ini.

”Saya berharap Sulsel jadi pilar utama nasional. Segala kebutuhan nasional bisa tersedia dan terdistribusikan dari sini,” kata Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.

Bukan hanya di bidang ekonomi, Syahrul berharap Sulsel juga menjadi simpul wilayah Nusantara dalam aspek politik, pemerintahan, pertahanan, pendidikan, hingga kesehatan. ”Berikan ruang cukup kepada daerah untuk memaksimalkan sumber dayanya,” kata Syahrul.

Ia mencontohkan, pengelolaan tambang seharusnya dilimpahkan ke pemerintah daerah. Pemerintah pusat cukup memberi asistensi agar tak ada yang salah dalam pengelolaannya.

Infrastruktur wilayah pun harus ditingkatkan untuk mengimbangi laju ekonomi. Mimpi provinsi berpenduduk 8 juta jiwa itu adalah jalur kereta api.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Sulsel Zulkarnain Arief mengatakan, ganjalan bagi derap perekonomian Sulsel adalah biaya logistik yang tinggi. ”Komponen biaya logistik nasional, termasuk Sulsel, masih mencapai 20 persen. Padahal, di negara-negara tetangga, biayanya 6-7 persen saja,” katanya.

Hal ini salah satunya disebabkan kapasitas Pelabuhan Makassar yang sudah tak memadai lagi. ”Kapal harus menunggu delapan hari untuk bisa bongkar muat dari biasanya hanya empat hari,” katanya.

Pengamat ekonomi Universitas Hasanuddin, Hamid Paddu, menyebut soal kebutuhan akan kereta api di Sulawesi untuk memangkas masalah logistik itu. Hamid juga meyakini, tersambungnya seluruh daerah di Sulawesi dengan kereta api akan melipatgandakan produk domestik regional bruto nasional dalam waktu tiga tahun. (MOHAMAD FINAL DAENG)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005165202