BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Inovasi Tenun Jangan Jauh dari Akar

Wastra
Inovasi Tenun Jangan Jauh dari Akar

KUPANG, KOMPAS — Pengembangan motif, teknik, dan pewarnaan tenun diharapkan tidak jauh dari akar tradisi yang dimiliki masyarakat selama ratusan tahun. Pengembangan juga perlu disertai upaya pendokumentasian agar ingatan kolektif mereka tentang tenun yang diwariskan leluhur tidak punah.

Di sela-sela kegiatan Tenun untuk Masa Depan yang diadakan desainer Oscar Lawalata, 27 Februari-1 Maret, muncul kekhawatiran sebagian kalangan pelestari tenun tradisional di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka berharap pengembangan tenun NTT yang dikerjakan desainer dari Jakarta tidak terlalu jauh dari akar budaya yang dimiliki masyarakat lokal.

”Setiap motif dan warna dalam tenun mengandung nilai-nilai yang berakar dari tradisi kami,” kata Dorce Lussi, pemilik sentra tenun Ina Ndao yang memberikan pelatihan kepada ribuan petenun di NTT.

Ia mengatakan, sekarang tenun NTT mulai kehilangan ciri khasnya akibat pengembangan tanpa riset yang kuat. Motif tenun hanya dicuplik sana sini, sedangkan jenis pewarnaan juga sudah kehilangan ciri karena dicampur aduk tanpa makna.

Di NTT ada motif boti berbentuk seperti rantai yang artinya ikatan kekeluargaan. Motif momoli dari Sumba berbentuk belah ketupat sebagai simbol rahim perempuan yang melahirkan budaya setempat. Dari daerah Timor ada motif cicak sebagai simbol ketenangan. ”Semua itu bisa dinarasikan kepada generasi penerus agar mereka tetap memahami dan menjunjung tinggi nilai-nilai hidup,” kata Jes A Therik, penulis buku Tenun Ikat dari Timur. (IND)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005234721