BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Indonesia Belajar dari Korea Selatan

Konsumsi Berkelanjutan
Indonesia Belajar dari Korea Selatan

JAKARTA, KOMPAS — Demi menjalankan kesepakatan Program Lingkungan PBB mengenai konsumsi dan produksi berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup menggandeng Korea Selatan. Negara Asia Timur itu dianggap sukses menggalakkan produksi dan gaya hidup ramah lingkungan.

Menurut Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas Henry Bastaman, kunci sukses Korsel ialah keberhasilan menggaet pengusaha untuk menggalakkan produksi ramah lingkungan. Korsel juga memberikan insentif bagi pengusaha dan konsumen agar mengubah gaya hidup ke produk ramah lingkungan.

”Komitmen pemerintah sangat penting untuk menjamin dunia usaha dan masyarakat,” kata Henry, Senin (28/4), di Jakarta. Itu diungkapkan dalam ”The ASEAN Forum on Sustainable Consumption and Production”.

Konsumsi dan produksi berkelanjutan (sustainable consumption and production) bertujuan mengefisiensikan penggunaan sumber daya dan energi untuk produksi barang dan jasa, serta menganjurkan konsumsi produk ramah lingkungan.

Kampanye itu disepakati Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan tahun 2012. Untuk menjalankan konsumsi dan produksi berkelanjutan dibentuklah Dewan PBB 10 YFP (Year Framework of Programmes).

Presiden Institut Industri dan Teknologi Lingkungan Korea Kim Yong-joo mengatakan, keseriusan pemerintah dan dunia usaha ditunjukkan dengan membentuk Institut Industri dan Teknologi Lingkungan Korea (Korea Environmental Industry and Technology Institute/KEITI).

Kebijakan pertama KEITI ialah meluncurkan eco-label pada 1992. Kebijakan itu memberikan informasi produk ramah lingkungan kepada konsumen. Kini, lebih dari 10.000 produk telah berlabel ramah lingkungan yang berasal dari 1.802 perusahaan.

Henry menambahkan, ada lima program kunci Indonesia menjalankan konsumsi dan produksi berkelanjutan. Kelimanya adalah gedung dan infrastruktur, pendanaan, pariwisata, penanganan sampah, dan industri.

Peta jalan

Sebanyak 25 negara Asia Pasifik menyetujui peta jalan konsumsi dan produksi berkelanjutan. Kesepakatan itu diharapkan mampu mendorong konsumen dan produsen menjalankan pola ramah lingkungan di wilayah itu. Ini peta jalan regional pertama yang diluncurkan.

Stefanos Fotiou, Koordinator Senior Efisiensi Sumber Daya Program Lingkungan PBB (United Nations Environment Programme/UNEP), menyatakan, Asia Pasifik berperan besar memelopori pola konsumsi dan produksi berkelanjutan.

”Populasi besar dan peningkatan kelas menengah yang signifikan setiap tahun membuat peran Asia Pasifik vital untuk menjalankan peta jalan ini,” kata dia. (A07)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006338936