BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Faktor Budaya Hambat Penanggulangan

KEMATIAN BAYI
Faktor Budaya Hambat Penanggulangan
Ikon konten premium Cetak | 18 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 207 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Kurangnya budaya pendampingan dari generasi tua ke kaum muda menyebabkan para ibu tak mempunyai informasi memadai dalam menjaga kesehatan saat hamil dan perawatan bayi baru lahir. Akibatnya, angka kematian bayi dalam sepuluh tahun terakhir sulit ditekan.

"Kemiskinan struktural membuat masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah tak bisa mengakses pendidikan layak. Mereka harus bekerja, kerap kali seharian penuh sehingga tak ada waktu untuk belajar ataupun menyalurkan informasi, termasuk tentang kesehatan ibu hamil," kata Lies Marcoes-Natsir, antropolog jender yang juga Ketua Yayasan Rumah Kita Bersama, akhir pekan lalu, di Jakarta.

Perawatan ibu hamil dan bayi kerap kali berupa coba dan salah (trial and error), apalagi dukungan lingkungan sekitar menurun. Padahal, masyarakat kurang mampu kebanyakan hidup di daerah yang mutu udara dan airnya buruk. "Keterbatasan pengetahuan mengasuh anak membuat mereka tak paham bahaya yang dihadapi bayinya," kata Lies.

Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012, setiap tahun, 152.000 balita meninggal, 48 persennya tak bisa melewati 28 hari pertama mereka. Penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare.

Direktur Advokasi dan Kampanye lembaga swadaya masyarakat Save the Children Tatak Ujiyati menambahkan, budaya turut memicu kematian bayi. Di sejumlah desa, misalnya, ibu-ibu meletakkan bayi di depan tungku untuk menghangatkan anaknya, padahal asap tungku menyebabkan ISPA.

Di beberapa wilayah seperti di Gayo, Aceh, para ibu tak memberi ASI kepada bayi karena saat baru melahirkan ASI berwarna kuning karena kandungan kolostrum. "Masyarakat setempat beranggapan ASI itu basi. Jadi, bayi langsung diberi susu formula yang belum tentu cocok sehingga berisiko diare," ucapnya.

Buruknya perawatan ibu hamil dan balita menyebabkan lingkaran kemiskinan struktural dan rendahnya mutu sumber daya manusia. Ibu-ibu hamil tak mendapat asupan gizi cukup karena tak tahu makanan sehat ataupun tak mampu membelinya sehingga anak mereka bergizi kurang.

Untuk itu, menurut Lies, tenaga kesehatan perlu memakai pendekatan baru yang menyesuaikan program kesehatan dengan masalah warga. (DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/18/Faktor-Budaya-Hambat-Penanggulangan