Kawasan Perdagangan Bebas
AFTA Beri Kesempatan Ekspansi
JAKARTA, KOMPAS — Media harus berperan sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Jika media aktif menyosialisasikan dan pihak-pihak yang berkepentingan bergerak, itu bisa membawa dampak positif bagi Indonesia.
Demikian dikatakan Akhmad Kusaeni, Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara, dalam seminar ”Peran Pendidikan Media dalam Menghadapi AFTA” di Tanri Abeng University, Jakarta, Selasa (25/2).
Perjanjian negara-negara ASEAN untuk menguatkan ekonomi dengan membuka pasar bebas itu, menurut rencana, akan diresmikan pada pertengahan 2015. Namun, hingga kini, masyarakat Indonesia belum menyadari arti dan dampak AFTA.
Dari data Kementerian Luar Negeri, 75 persen masyarakat Indonesia tidak mengetahui arti AFTA. Sisanya beranggapan, AFTA merugikan Indonesia dan bersifat neoliberalisme.
Media perlu aktif memperkenalkan AFTA ke masyarakat. Selama ini, media cenderung mengabaikan isu-isu tentang ASEAN. ”Media harus mendorong masyarakat, pengusaha, dan pemegang kekuasaan untuk memanfaatkan AFTA untuk berinvestasi di negara lain,” ujar Akhmad.
Pembicara lain, penasihat senior Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henry Subiakto, berpendapat, Indonesia rentan menjadi sekadar konsumen jika masyarakat tidak siap menghadapi AFTA.
Henry mengambil contoh industri telekomunikasi. Dalam UU Penyiaran Tahun 2002, pemerintah memberi izin investasi asing menguasai maksimal 20 persen penyiaran di Indonesia. Namun, telekomunikasi yang merupakan dasar dari konvergensi media belum tercakup dalam aturan pemerintah. Bahkan, perusahaan telekomunikasi Indonesia telah menjadi milik asing. Padahal, di masa depan, telekomunikasi bisa mengambil alih media. Siaran televisi, radio, dan surat kabar dapat diakses melalui internet.
Perlu ada aturan komprehensif yang melindungi media dan telekomunikasi. (A15)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005114859
-
- Log in to post comments
- 97 reads